Melon Premium Ala Erick: Dari Sawah Sukosari Lor Tembus Supermarket Bali
Sukosari – Pemuda Desa Sukosari Lor, Kecamatan Sukosari, Kabupaten Bondowoso, membuktikan bahwa pengalaman kerja di luar negeri bisa menjadi modal berharga untuk membangun desa. Erick, yang pernah magang di Korea Selatan di bidang pertanian, kini sukses mengembangkan budidaya melon kualitas premium dengan sistem irigasi tetes (drip irrigation).
Erick menanam 3.000 pohon melon yang hasilnya dipasarkan ke supermarket di Bali. Dengan memanfaatkan air PDAM, ia hanya mengeluarkan biaya sekitar Rp200 ribu per bulan untuk kebutuhan irigasi. Teknologi yang diterapkan pun efisien: satu bedeng hanya perlu tiga menit pengairan setiap dua hari sekali.
“Ilmu yang saya dapatkan selama magang di Korea Selatan sangat membantu. Di sana saya belajar ketepatan waktu, manajemen air, dan cara menjaga kualitas tanaman. Itu yang saya terapkan di sini,” ungkap Erick.
Tanaman melon premium miliknya dipanen setelah 100 hari setelah tanam (HST) atau sekitar tiga bulan lebih. Dengan pengelolaan ketat, buah yang dihasilkan memenuhi standar pasar modern, baik dari segi ukuran maupun rasa.
Tak hanya untuk produksi, kebun Erick kini juga menjadi laboratorium lapangan bagi siswa SMK Pertanian di Bondowoso. Sejumlah sekolah yang sudah rutin berlatih di kebunnya antara lain SMKN Sumberwringin, SMKN Tlogosari, SMKN PP Tegalampel, dan beberapa SMK swasta berbasis pertanian.
“Selain bertani, saya ingin kebun ini menjadi sarana belajar bagi generasi muda. Supaya mereka yakin bahwa bertani itu menjanjikan, apalagi dengan teknologi modern,” jelasnya.
Kisah Erick menunjukkan bahwa kepulangan pekerja migran bukan akhir dari perjalanan, melainkan awal inovasi di kampung halaman. Dengan memadukan pengalaman internasional dan semangat pemuda desa, Bondowoso kini memiliki contoh sukses dalam pengembangan hortikultura bernilai tinggi.